MAKALAH
ECOLOGICAL FOOTPRINT
INAYAH
PUTRI ANSAR
60800114034
B1
ANALISIS
DAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN
TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Aktivitas yang
sering kita lakukan sehari-hari yang tanpa kita sadari telah merusak alam/
lingkungan disekitar kita dengan melakukan eksplorasi terhadap semua sumber
daya yang ada demi memenuhi kepentingan manusia, padahal bumi atau lingkungan
yang kita tinggali memiliki kapasitas daya dukung dan tampungnya sendiri. Kita
tidak menyadari bahwa bumi hanya ada satu dengan terus-menerus melakukan
eksplorasi terhadap lingkungan tanpa henti. Padahal setiap kita memainkan satu
peran dalam memastikan kesehatan masa
depan dan kesejahteraan bagi semuanya di planet ini. Pilihan yang bertanggung
jawab dapat membantu kita menghemat energy, melindungi habitat dan membangun
masa depan yang berkelanjutan bagi masyarakat di dunia.
Kesadaran
masyarakat terhadap pemanasan global meski tetap merusak bumi telah memicu
gerakan cinta lingkungan secara besar-besaran. Sekarang hampir semua perusahaan
besar sudah menerapkan kebijakan “teknologi hijau”. Terlepas dari bagaimana
sikap perusahaan besar, kita sebagai penduduk biasa yang tinggal di bumi ini
juga ikut serta dalam melestarikan lingkungan secara pribadi, baik lingkungan
di dunia nyata maupun lewat dunia maya.
Sebuah
pendekatan baru-baru ini popular dengan Ecological Footprint menjadi alat ukur
yang mengkaji tingkat konsumsi manusia dan dampaknya terhadap lingkungan.
Konsep “jejak kaki ekologis” (Ecological Footprint) diperkenalkan pada tahun
1990-an oleh William Rees dan Marthis Wackernagel (Wackernagel and Rees, 1996).
Pada 2001 kapasitas lahan kehidupan (biocapacity)
bumi hanyalah 11.3 miliar global hektare, yang hanya merupakan seperempat
permukaan bumi atau hanya memberi jatah paling tinggi 1,8 gha per orang. Adapun
WWF (2005) pernah menghitung bahwa rata-rata per kapita jejak ekologi per orang
di bumi adalah 2,2 gha, artinya selama ini, secara rata-rata penduduk bumi
mengalami defisit 0,4 gha.2
Penduduk Amerika Serikat memiliki rata-rata jejak ekologi tertinggi
perkapita (9,5 gha), Inggris (5,45 gha), dan (Swiss 4 gha), sedangkan Indonesia
diperkirakan rata-rata 1,2 gha. Adapun jejak ekologi terendah adalah
Bangladesh, dengan rata-rata 0,5 gha. Pendekatan ini menunjukkan bahwa semakin
kaya suatu negara dan bangsa, semakin besar jejak ekologi mereka dalam menguras
sumber daya di bumi. Dengan demikian, kapasitas yang diperlukan dengan gaya
hidup negara-negara maju jauh lebih boros, sehingga untuk bangsa Amerika guna
memenuhi gaya hidup mereka diperlukan 9,5 planet setara dengan bumi, sedangkan
warga Inggris memerlukan lima planet dan pola jejak ekologi rakyat Swiss
memerlukan empat planet lagi. Jadi gaya hidup mereka di negara-negara kayalah
yang menjadi penekan kemampuan bumi dalam menyediakan suplai sumber daya alam.
Konsep “Ecological
footprint” ini pada awalnya dibangun oleh Profesor Willian Rees dari
Universiti British Colombia pada tahun 1992. Kini
konsep jejak ekologi telah digunakan dengan meluas sebagai petunjuk kelestarian
alam sekitar. Jejak ekologi dapat membantu pihak pembuat kebijakan merancang
sistem kehidupan manusia. Manusia di dalam memenuhi kehendak menjalankan
aktivitas ekonomi seperti pertanian dan sebagainya. Melalui jejak ekologi,
penggunaan sumber alam oleh manusia dapat diketahui, semua penggunaan tenaga
seperti tenaga biomas,air,bahan binaan kepada kiraan ukuran tanah yang
dinamakan global hektar (atau di dalam unit yang dinamakan gha).
B. PERUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana
gambaran pola hidup saya dalam setahun yang disesuaikan dengan komponen Ecological
Footprint?
2.
Bagaimana
hasil pengukuran Ecological Footprint saya selama setahun?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui gambaran pola hidup saya dalam
setahun yang disesuaikan dengan komponen Ecological Footprint.
2. Untuk
mengetahui hasil pengukuran Ecological Footprint saya selama setahun.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. PENGERTIAN
ECOLOGICAL FOOTPRINT
Ecological
Footprint adalah alat bantu untuk dapat kita pergunakan dalam mengukur
penggunaan sumberdaya dan kemampuan menampung limbah dari populasi manusia
dihubungkan dengan kemampuan lahan, biasanya dinyatakan dalam hektar.
Ecological Footprint dapat digunakan sebagai ukuran prestasi kita dalam
mendukung keberlanjutan bumi ini, dan menjadi indikator terbaik dan efisien
dalam mendukung keberlanjutan kehidupan. Alat ukur ini menjadi penting dalam
konteks untuk mengetahui apakah kegiatan konsumsi yang kita lakukan masih dalam
batas daya dukung lingkungan ataukah sudah melewati, dengan kata lain masih
dalam surplus ataukah sudah dalam defisit (penurunan kualitas) ekologi.
Ecological Footprint
secara sederhana dapat ditentukan dengan menelusuri berapa besarnya konsumsi
sumberdaya alam (baik berupa produk ataupun jasa) serta sampah yang kita
produksi dan disetarakan dengan area permukaan bumi yang produktif secara
biologis dalam satuan luasan hektar (ha).
B. KONSEP
ECOLOGICAL FOOTPRINT
Konsep ecological footprint (EF)
atau jejak kaki ekologis, pertama kali diperkenalkan di Kanada oleh William
Rees dalam jurnal akademiknya pada tahun 1992. Konsep dan metodenya kemudian
disempurnakan dalam desertasi PhD oleh Mathis Wackernagel pada tahun 1994 Konsep ini pada dasarnya dikembangkan sebagai
usaha pencarian indicator untuk membangun berkelanjutan dan khususnya
diharapakan dapat menjadi metode untuk mengukur secara kuantitatif mngenai
hubungan perlakuan manusia terhadap bumi dengan daya dukung yang dimiliki oleh
bumi itu sendiri (Weckernagel and Ress, 1996). Konsep ini menegaskan bahwa
hampir semua tindakan dan perilaku hidup manusia, misalnya perilaku konsumsi
dan transportasi akan membawa dampak ekologis atau dampak bagi lingkungan
(Hoekstra, 2007). Pendekatan Ecological Footprint dapat digunakan untuk
mendidik masyarakat mengenai penggunaan sumber daya alam yang berlebihan dan
kemampuan daya dukung bumi untuk menyokong keberlanjutan hidup mereka.
Pendekatan ini dapat digunakan sebagai indikator keberlanjutan. Pendekatan ini
juga memberikan penjelasan mengenai dampak perilaku manusia terhadap lingkungan
dan dapat menghubungkan dengan daya dukung bumi.
Jejak ekologi (Ecological
Footprint) adalah konsep untuk mencermati pengaruh manusia terhadap cadangan
dan daya dukung bumi. Memahami jejak ekologi memungkinkan untuk melihat
seberapa besar kekayaan alam yang masih tersisa dan seberapa besar pengaruh
konsumsi manusia terhadap ketersediaannya. Jejak ekologi atau ecological
footprint adalah perangkat analisis untuk mengukur dan mengonsumsikan dampak
pemanfaatan sumber daya pada lingkungan. Komponen yang dianalisiskan dalam
jejak ekologi adalah penggunaan energy langsung. (material, pangan, transport
personal, air, bangunan).
Untuk lebih jelasnya terdapat 4
konsep ecological footprint sebagai berikut.
a. Tapak ekologi (Ecological
Footprint) adalah konsep untuk mencermati pengaruh manusia terhadap
cadangan dan daya dukung bumi
b. Memahami tapak ekologi memungkinkan
untuk melihat seberapa besar kekayaan alam (‘renewable’) yang masih tersisa,
dan seberapa besar pengaruh konsumsi manusia terhadap ketersediaannya
c. Tapak ekologi atau ecological
footprint adalah perangkat analisis untuk mengukur dan mengomunikasikan dampak
pemanfaatan sumber daya pada lingkungan.
d. Komponen yang dianalisis dalam tapak
ekologi adalah penggunaan energy langsung : material dan limbah, pangan,
transport personal, air, bangunan
C. HUBUNGAN
ECOLOGICAL FOOTPRINT DENGAN PERILAKU KONSUMEN
Jika manusia
(secara keseluruhan, kaya ataupun miskin) menjadi tertuduh atas penyebab
kerusakan lingkungan dan perubahan iklim, apa yang bisa dilakukan. Sekarang ini
target yang dilakukan oleh para pembela lingkungan adalah bagaimana sesegera
mungkin orang dapat mengubah pola gaya hidup dan perilaku.
Ada empat
faktor yang diperkirakan dapat menentukan perubahan bagi perilaku manusia, baik
secara individual maupun kolektif yaitu :
1. Nilai-nilai moral dan budaya didalamnya termasuk nilai
keagamaan yang mengkristal.
Dengan keyakinan, seseorang akan
terdorong untuk tidak cenderung merusak atau melakukan sesuatu
berlebih-lebihan. Misalnya agama sangat menganjurkan manusia tidak berlaku
boros dan bertindak mubazir. Di lain pihak, budaya pula yang dapat mendorong
atau menahan seseorang berperilaku konsumtif dan hedonis.
2. Pendidikan, yang diharapkan mampu meningkatkan kapasitas
seseorang, baik individu maupun kolektif, dalam menyikapi dan mengubah diri
untuk mendukung gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.
3. Perundang-undangan atau aturan dan tata kerja yang jelas,
yang mendorong manusia tidak akan secara sembrono menguras sumber daya alam.
Kealpaan dalam menerapkan sistem legal ini sangat krusial dan pernah terjadi di
Indonesia, sehingga tidak ada ketentuan dan pembatasan kepemilikan hak
pengusahaan hutan. Seorang taipan pernah diperbolehkan menguasai konsesi hingga
5 juta hektare dan berhasil mempercepat pengurasan sumber daya kemudian
menimbulkan kerugian negara.
4. Harga pasar, yang mendorong seseorang bergerak
mengeksploitasi sumber daya guna mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya.
Contoh yang baik sekarang ini tengah terjadi. Ketika crude palm oilmeninggi,
animo dan nafsu para investor serta pelaku bisnis akan lebih agresif guna
membuka kebun-kebun sawit baru, sehingga mereka harus menggusur hutan-hutan
alam yang mempunyai nilai ekonomi dan ekologi jangka panjang serta bermanfaat
di masa yang akan datang.
Lebih dari itu,
sesungguhnya pasar juga bisa memberikan peluang dan dapat mendorong perilaku
konsumennya agar bertindak ramah lingkungan. Gerakan inilah yang dilakukan oleh
Wal Mart, misalnya, dengan cara hanya menjual bola listrik hemat energi.
Retailer yang memiliki 100 juta pelanggan ini mendorong konsumennya agar
mengganti bola lampu berkekuatan 60 watt dengan lampu fluorescent yang
berkekuatan 13 watt (karena daya terang yang sama). Walaupun lampu ini lebih
mahal (Rp 20-30 ribu per buah), bola ini mampu bertahan 8-12 lebih lama
dibanding lampu biasa.
Jika dihitung,
lampu hemat energi ini mampu menghemat sekitar Rp 300 ribu sepanjang pemakaian
dibanding bila menggunakan lampu biasa. Retail raksasa Amerika ini juga
menghitung, satu bola lampu fluorescent akan menghemat setengah ton gas
rumah kaca yang akan dilepaskan ke udara. Perhitungan lebih lanjut adalah
perubahan perilaku konsumen tersebut dapat mengefisienkan 10 juta ton batu bara
yang dibakar dari pembangkit listrik dan mencegah 20,5 juta ton gas rumah kaca
yang terbuang atau sama dengan pencegahan penggunaan 700 ribu mobil yang
membuang gas rumah kaca ke udara.
Dalam Buku Jejak
Ekologis yang diterbitkan awal 1996 oleh Wackernagel dan
Rees tentang mengurangi dampak terhadap manusia di bumi. Analisis
ecological footprint membandingkan permintaan manusia pada alam dengan
kemampuan biosfer untuk regenerasi sumber daya dan menyediakan layanan. Hal ini
dilakukan dengan menilai tanah produktif secara biologis dan wilayah laut yang
dibutuhkan untuk menghasilkan sumber daya populasi mengkonsumsi dan menyerap
limbah yang sesuai, menggunakan teknologi yang berlaku. Jejak nilai-nilai pada
akhir survei yang dikategorisasikan untuk karbon, makanan, perumahan, dan
barang dan jasa serta jumlah total jejak bumi dibutuhkan untuk mempertahankan
penduduk dunia pada tingkat konsumsi.
Dari ketidak seimbangan konsumsi manusia
dengan kemampuan alam dapat mengakibatkan:
1. Hilangnya Sumber daya
2. Meningkatnya Konsumsi
3. Menata Jejak Yang Tertinggal
Kapita jejak ekologi (EF) adalah suatu cara untuk
membandingkan konsumsi dan gaya hidup, dan memeriksa terhadap kemampuan alam
untuk menyediakan konsumsi ini. Alat ini dapat menginformasikan kebijakan
dengan kejadian bencana ekologi yang melanda negeri ini telah menjadikan
meningkatnya anggaran belanja negara dan anggaran belanja rakyat. Nilai yang
tidak sebanding dengan sebuah pendapatan negara yang didapat dari upaya
eksploitasi yang berkontribusi pada bencana ekologi. Negara ini akan
segera menuju kebangkrutan bila defisit ekologi tidak tertangani dengan segera.
BAB
III
PEMBAHASAN
A. GAMBARAN
KEHIDUPAN SESUAI DENGAN PERILAKU KONSUMEN
jejak ekologi hasil dari lembar kerja yang telah saya isi sebagai
perhitungan kasar yg menunjukkan seberapa besar jejak ekologi saya dan
bagaimana pilihan yg saya buat menjadikan jejak ekologis saya menyusut atau
meluas.
a.
Penggunaan air
Dalam penggunaan air selain untuk
kegiatan rumah tangga seperti mencuci piring, pakaian, dll. Air juga saya
gunakan untuk mandi sekitar 10 menit lebih dimana dalam sehari saya mandi 2
kali sehari. Setiap waktu setelah digunakan saya biasanya menyiram toilet dan
setiap saya menggosok gigi saya membiarkan air mengalir.
b.
Makanan
Pada umumnya makanan yang saya makan dalam sehari seperti nasi, sayur, ikan laut, sereal dan
roti. Saya memakan sangat sedikit makanan yang tumbuh di daerah saya dan sangat
sedikit memakan makanan yang organik.
c. Tempat tinggal
Tempat tinggal saya ada 18 kamar, dimana dalam satu kamar
ditempati 1-2 orang. Dan yang lainnya terdapat ruang tamu dan kamar mandi di
setiap kamarnya.
d. Transportasi
Dari kegiatan sehari-hari misalnya untuk pergi ke kampus
karena jaraknya yang dekat saya biasanya berjalan kaki selama 15 menit menuju
ke kampus. Ketika sedang bepergian/dalam perjalanan yang jauh misalnya ke luar
kota biasanya saya menggunakan satu mobil.
e. Penggunaan energi
Dalam penggunaan energy listrik di rumah saya, saya
mematikan lampu ketika tidak digunakan. Selain itu saya tidak menggunakan
kulkas.akan tetapi hampir tiap harinya saya menggunakan komputer lebih dari 8
jam.
f. Pakaian
Dalam sehari saya mengganti pakaian 2 kali yaitu pada pagi
dan sore hari, dan pakaian tersebut di cuci setiap hari dan di keringkan
dihalaman samping rumah. Dari segi pakaian memang saya agak boros karena hampir
50% pakaian yang saya punya tidak terpakai di lemari dan saya mempunyai 6
pasang sandal/sepatu.
g. Barang
Dalam
pembuangan, saya membuang sampah sangat banyak yang bisa diukur seperti
rata-rata ukuran ember dan hampir tidak pernah saya menggunakannya kembali atau
tidak pernah saya daur ulang. Selain itu saya juga menggunakan baterai yang
dapat dicas berulang kali.
B. HASIL
PERHITUNGAN ECOLOGICAL FOOTPRINT PRIBADI
Jejak ekologi adalah satu sistem yang mengukur
seberapa banyak tanah dan air yang diperlukan populasi manusia untuk
menghasilkan sumber yang mereka habiskan dan menyerap limbah yang
dihasilkannya. (Wackernagel & Rees, 1996)
Lembar kerja
berikut adalah perhitungan kasar yg menunjukkan seberapa besar jejak ekologi
saya dan bagaiman pilihan yg saya buat menjadikan jejak ekologis saya menyusut
atau meluas.
Jadi, Grand Total dari
Subtotal masing-masing jejak ekologi pribadi.
Penggunaan air : 240
Makanan : 240
Tempat tinggal : 260
Transportasi : 0
Penggunaan Energi : 420
Pakaian : 150
Barang : 390
Grand
Total : 1700
Jadi
total keseluruhan tersebut adalah jejak ekologis pribadiku, dimana :
Total keseluruhan dibagi 100 = jejak ekologis dalam satuan hektar
Jejak ekologis pribadiku adalah 17 Hektar
Kemudian
dibagi dengan 2,47105381 Acres
Maka di
dapatlah 6,88 Acres yang kemudian
dikurangi dengan 1,72 (dimana di
dunia ini hanya menampung 1,72 bilogical productive per acres per person.).
Hasilnya adalah 5,16 planet.
Jika setiap orang dunia ini
melakukan hal yang sama dalam kehidupannya seperti yang saya lakukan, maka
dibutuhkan 5,16 planet bumi untuk mencukupi kebutuhan konsumsi secara
keseluruhan (global consumption).
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ecological
Footprint dapat digunakan sebagai ukuran prestasi kita dalam mendukung
keberlanjutan bumi ini, dan menjadi indikator terbaik dan efisien dalam
mendukung keberlanjutan kehidupan. Alat ukur ini menjadi penting dalam konteks
untuk mengetahui apakah kegiatan konsumsi yang kita lakukan masih dalam batas
daya dukung lingkungan ataukah sudah melewati, dengan kata lain masih dalam
surplus ataukah sudah dalam defisit (penurunan kualitas) ekologi. Jadi Jejak
ekologis pribadiku sebesar 17 hektar. Karena di dunia ini hanya menampung 1,72
bilogical productive per acres per person, maka jika setiap orang didunia ini
melakukan hal yang sama dengan kehidupan yang saya lakukan maka dibutuhkan 5,
16 planet bumi untuk mencukupi kebutuhan konsumsi secara keseluruhan.
B. SARAN
Akan lebih baik
jika mengurangi Ecological Footprint seperti menghemat penggunaan air,
mengurangi penggunaan energi yang berlebihan, mendaur ulang kembali atau
mendaur ulang kembali barang-barang yang masih bisa digunakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar