Selasa, 28 April 2015

Makalah Ecological Footprint


MAKALAH
ECOLOGICAL FOOTPRINT





INAYAH PUTRI ANSAR
60800114034
B1
ANALISIS DAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN


TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Aktivitas yang sering kita lakukan sehari-hari yang tanpa kita sadari telah merusak alam/ lingkungan disekitar kita dengan melakukan eksplorasi terhadap semua sumber daya yang ada demi memenuhi kepentingan manusia, padahal bumi atau lingkungan yang kita tinggali memiliki kapasitas daya dukung dan tampungnya sendiri. Kita tidak menyadari bahwa bumi hanya ada satu dengan terus-menerus melakukan eksplorasi terhadap lingkungan tanpa henti. Padahal setiap kita memainkan satu peran dalam  memastikan kesehatan masa depan dan kesejahteraan bagi semuanya di planet ini. Pilihan yang bertanggung jawab dapat membantu kita menghemat energy, melindungi habitat dan membangun masa depan yang berkelanjutan bagi masyarakat di dunia.
Kesadaran masyarakat terhadap pemanasan global meski tetap merusak bumi telah memicu gerakan cinta lingkungan secara besar-besaran. Sekarang hampir semua perusahaan besar sudah menerapkan kebijakan “teknologi hijau”. Terlepas dari bagaimana sikap perusahaan besar, kita sebagai penduduk biasa yang tinggal di bumi ini juga ikut serta dalam melestarikan lingkungan secara pribadi, baik lingkungan di dunia nyata maupun lewat dunia maya.
Sebuah pendekatan baru-baru ini popular dengan Ecological Footprint menjadi alat ukur yang mengkaji tingkat konsumsi manusia dan dampaknya terhadap lingkungan. Konsep “jejak kaki ekologis” (Ecological Footprint) diperkenalkan pada tahun 1990-an oleh William Rees dan Marthis Wackernagel (Wackernagel and Rees, 1996).
Pada 2001 kapasitas lahan kehidupan (biocapacity) bumi hanyalah 11.3 miliar global hektare, yang hanya merupakan seperempat permukaan bumi atau hanya memberi jatah paling tinggi 1,8 gha per orang. Adapun WWF (2005) pernah menghitung bahwa rata-rata per kapita jejak ekologi per orang di bumi adalah 2,2 gha, artinya selama ini, secara rata-rata penduduk bumi mengalami defisit 0,4 gha.2
Penduduk Amerika Serikat memiliki rata-rata jejak ekologi tertinggi perkapita (9,5 gha), Inggris (5,45 gha), dan (Swiss 4 gha), sedangkan Indonesia diperkirakan rata-rata 1,2 gha. Adapun jejak ekologi terendah adalah Bangladesh, dengan rata-rata 0,5 gha. Pendekatan ini menunjukkan bahwa semakin kaya suatu negara dan bangsa, semakin besar jejak ekologi mereka dalam menguras sumber daya di bumi. Dengan demikian, kapasitas yang diperlukan dengan gaya hidup negara-negara maju jauh lebih boros, sehingga untuk bangsa Amerika guna memenuhi gaya hidup mereka diperlukan 9,5 planet setara dengan bumi, sedangkan warga Inggris memerlukan lima planet dan pola jejak ekologi rakyat Swiss memerlukan empat planet lagi. Jadi gaya hidup mereka di negara-negara kayalah yang menjadi penekan kemampuan bumi dalam menyediakan suplai sumber daya alam.
Konsep “Ecological footprint” ini pada awalnya dibangun oleh Profesor Willian Rees dari Universiti British Colombia pada tahun 1992. Kini konsep jejak ekologi telah digunakan dengan meluas sebagai petunjuk kelestarian alam sekitar. Jejak ekologi dapat membantu pihak pembuat kebijakan merancang sistem kehidupan manusia. Manusia di dalam memenuhi kehendak menjalankan aktivitas ekonomi seperti pertanian dan sebagainya. Melalui jejak ekologi, penggunaan sumber alam oleh manusia dapat diketahui, semua penggunaan tenaga seperti tenaga biomas,air,bahan binaan kepada kiraan ukuran tanah yang dinamakan global hektar (atau di dalam unit yang dinamakan gha).

B.     PERUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana gambaran pola hidup saya dalam setahun yang disesuaikan dengan komponen Ecological Footprint?
2.      Bagaimana hasil pengukuran Ecological Footprint saya selama setahun?
C.     TUJUAN
1.      Untuk mengetahui gambaran pola hidup saya dalam setahun yang disesuaikan dengan komponen Ecological Footprint.
2.       Untuk mengetahui hasil pengukuran Ecological Footprint saya selama setahun.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    PENGERTIAN ECOLOGICAL FOOTPRINT
Ecological Footprint adalah alat bantu untuk dapat kita pergunakan dalam mengukur penggunaan sumberdaya dan kemampuan menampung limbah dari populasi manusia dihubungkan dengan kemampuan lahan, biasanya dinyatakan dalam hektar. Ecological Footprint dapat digunakan sebagai ukuran prestasi kita dalam mendukung keberlanjutan bumi ini, dan menjadi indikator terbaik dan efisien dalam mendukung keberlanjutan kehidupan. Alat ukur ini menjadi penting dalam konteks untuk mengetahui apakah kegiatan konsumsi yang kita lakukan masih dalam batas daya dukung lingkungan ataukah sudah melewati, dengan kata lain masih dalam surplus ataukah sudah dalam defisit (penurunan kualitas) ekologi.
Ecological Footprint secara sederhana dapat ditentukan dengan menelusuri berapa besarnya konsumsi sumberdaya alam (baik berupa produk ataupun jasa) serta sampah yang kita produksi dan disetarakan dengan area permukaan bumi yang produktif secara biologis dalam satuan luasan hektar (ha).

B.     KONSEP ECOLOGICAL FOOTPRINT
Konsep ecological footprint (EF) atau jejak kaki ekologis, pertama kali diperkenalkan di Kanada oleh William Rees dalam jurnal akademiknya pada tahun 1992. Konsep dan metodenya kemudian disempurnakan dalam desertasi PhD oleh Mathis Wackernagel pada tahun 1994  Konsep ini pada dasarnya dikembangkan sebagai usaha pencarian indicator untuk membangun berkelanjutan dan khususnya diharapakan dapat menjadi metode untuk mengukur secara kuantitatif mngenai hubungan perlakuan manusia terhadap bumi dengan daya dukung yang dimiliki oleh bumi itu sendiri (Weckernagel and Ress, 1996). Konsep ini menegaskan bahwa hampir semua tindakan dan perilaku hidup manusia, misalnya perilaku konsumsi dan transportasi akan membawa dampak ekologis atau dampak bagi lingkungan (Hoekstra, 2007). Pendekatan Ecological Footprint dapat digunakan untuk mendidik masyarakat mengenai penggunaan sumber daya alam yang berlebihan dan kemampuan daya dukung bumi untuk menyokong keberlanjutan hidup mereka. Pendekatan ini dapat digunakan sebagai indikator keberlanjutan. Pendekatan ini juga memberikan penjelasan mengenai dampak perilaku manusia terhadap lingkungan dan dapat menghubungkan dengan daya dukung bumi.
Jejak ekologi (Ecological Footprint) adalah konsep untuk mencermati pengaruh manusia terhadap cadangan dan daya dukung bumi. Memahami jejak ekologi memungkinkan untuk melihat seberapa besar kekayaan alam yang masih tersisa dan seberapa besar pengaruh konsumsi manusia terhadap ketersediaannya. Jejak ekologi atau ecological footprint adalah perangkat analisis untuk mengukur dan mengonsumsikan dampak pemanfaatan sumber daya pada lingkungan. Komponen yang dianalisiskan dalam jejak ekologi adalah penggunaan energy langsung. (material, pangan, transport personal, air, bangunan).
Untuk lebih jelasnya terdapat 4 konsep ecological footprint sebagai berikut.
a.       Tapak ekologi (Ecological Footprint) adalah konsep untuk mencermati pengaruh manusia terhadap cadangan dan daya dukung bumi
b.       Memahami tapak ekologi memungkinkan untuk melihat seberapa besar kekayaan alam (‘renewable’) yang masih tersisa, dan seberapa besar pengaruh konsumsi manusia terhadap ketersediaannya
c.       Tapak ekologi atau ecological footprint adalah perangkat analisis untuk mengukur dan mengomunikasikan dampak pemanfaatan sumber daya pada lingkungan.
d.      Komponen yang dianalisis dalam tapak ekologi adalah penggunaan energy langsung : material dan limbah, pangan, transport personal, air, bangunan

C.     HUBUNGAN ECOLOGICAL FOOTPRINT DENGAN PERILAKU KONSUMEN
Jika manusia (secara keseluruhan, kaya ataupun miskin) menjadi tertuduh atas penyebab kerusakan lingkungan dan perubahan iklim, apa yang bisa dilakukan. Sekarang ini target yang dilakukan oleh para pembela lingkungan adalah bagaimana sesegera mungkin orang dapat mengubah pola gaya hidup dan perilaku.
Ada empat faktor yang diperkirakan dapat menentukan perubahan bagi perilaku manusia, baik secara individual maupun kolektif yaitu :
1.         Nilai-nilai moral dan budaya didalamnya termasuk nilai keagamaan yang mengkristal.
        Dengan keyakinan, seseorang akan terdorong untuk tidak cenderung merusak atau melakukan sesuatu berlebih-lebihan. Misalnya agama sangat menganjurkan manusia tidak berlaku boros dan bertindak mubazir. Di lain pihak, budaya pula yang dapat mendorong atau menahan seseorang berperilaku konsumtif dan hedonis.
2.     Pendidikan, yang diharapkan mampu meningkatkan kapasitas seseorang, baik individu maupun kolektif, dalam menyikapi dan mengubah diri untuk mendukung gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.
3.     Perundang-undangan atau aturan dan tata kerja yang jelas, yang mendorong manusia tidak akan secara sembrono menguras sumber daya alam. Kealpaan dalam menerapkan sistem legal ini sangat krusial dan pernah terjadi di Indonesia, sehingga tidak ada ketentuan dan pembatasan kepemilikan hak pengusahaan hutan. Seorang taipan pernah diperbolehkan menguasai konsesi hingga 5 juta hektare dan berhasil mempercepat pengurasan sumber daya kemudian menimbulkan kerugian negara.
4.     Harga pasar, yang mendorong seseorang bergerak mengeksploitasi sumber daya guna mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Contoh yang baik sekarang ini tengah terjadi. Ketika crude palm oilmeninggi, animo dan nafsu para investor serta pelaku bisnis akan lebih agresif guna membuka kebun-kebun sawit baru, sehingga mereka harus menggusur hutan-hutan alam yang mempunyai nilai ekonomi dan ekologi jangka panjang serta bermanfaat di masa yang akan datang.
Lebih dari itu, sesungguhnya pasar juga bisa memberikan peluang dan dapat mendorong perilaku konsumennya agar bertindak ramah lingkungan. Gerakan inilah yang dilakukan oleh Wal Mart, misalnya, dengan cara hanya menjual bola listrik hemat energi. Retailer yang memiliki 100 juta pelanggan ini mendorong konsumennya agar mengganti bola lampu berkekuatan 60 watt dengan lampu fluorescent yang berkekuatan 13 watt (karena daya terang yang sama). Walaupun lampu ini lebih mahal (Rp 20-30 ribu per buah), bola ini mampu bertahan 8-12 lebih lama dibanding lampu biasa.
Jika dihitung, lampu hemat energi ini mampu menghemat sekitar Rp 300 ribu sepanjang pemakaian dibanding bila menggunakan lampu biasa. Retail raksasa Amerika ini juga menghitung, satu bola lampu fluorescent akan menghemat setengah ton gas rumah kaca yang akan dilepaskan ke udara. Perhitungan lebih lanjut adalah perubahan perilaku konsumen tersebut dapat mengefisienkan 10 juta ton batu bara yang dibakar dari pembangkit listrik dan mencegah 20,5 juta ton gas rumah kaca yang terbuang atau sama dengan pencegahan penggunaan 700 ribu mobil yang membuang gas rumah kaca ke udara.
Dalam Buku Jejak Ekologis yang diterbitkan awal 1996 oleh Wackernagel dan Rees tentang mengurangi dampak terhadap manusia di bumi. Analisis ecological footprint membandingkan permintaan manusia pada alam dengan kemampuan biosfer untuk regenerasi sumber daya dan menyediakan layanan. Hal ini dilakukan dengan menilai tanah produktif secara biologis dan wilayah laut yang dibutuhkan untuk menghasilkan sumber daya populasi mengkonsumsi dan menyerap limbah yang sesuai, menggunakan teknologi yang berlaku. Jejak nilai-nilai pada akhir survei yang dikategorisasikan untuk karbon, makanan, perumahan, dan barang dan jasa serta jumlah total jejak bumi dibutuhkan untuk mempertahankan penduduk dunia pada tingkat konsumsi.
Dari ketidak seimbangan konsumsi manusia  dengan kemampuan alam dapat mengakibatkan:
1.    Hilangnya Sumber daya
2.    Meningkatnya Konsumsi
3.    Menata Jejak Yang Tertinggal
Kapita jejak ekologi (EF) adalah suatu cara untuk membandingkan konsumsi dan gaya hidup, dan memeriksa terhadap kemampuan alam untuk menyediakan konsumsi ini. Alat ini dapat menginformasikan kebijakan dengan kejadian bencana ekologi yang melanda negeri ini telah menjadikan meningkatnya anggaran belanja negara dan anggaran belanja rakyat. Nilai yang tidak sebanding dengan sebuah pendapatan negara yang didapat dari upaya eksploitasi yang berkontribusi pada bencana ekologi. Negara ini akan segera menuju kebangkrutan bila defisit ekologi tidak tertangani dengan segera.
 

BAB III
PEMBAHASAN

A.    GAMBARAN KEHIDUPAN SESUAI DENGAN PERILAKU KONSUMEN
jejak ekologi hasil dari lembar kerja yang telah saya isi sebagai perhitungan kasar yg menunjukkan seberapa besar jejak ekologi saya dan bagaimana pilihan yg saya buat menjadikan jejak ekologis saya menyusut atau meluas.

a.       Penggunaan air
Dalam penggunaan air selain untuk kegiatan rumah tangga seperti mencuci piring, pakaian, dll. Air juga saya gunakan untuk mandi sekitar 10 menit lebih dimana dalam sehari saya mandi 2 kali sehari. Setiap waktu setelah digunakan saya biasanya menyiram toilet dan setiap saya menggosok gigi saya membiarkan air mengalir.
b.      Makanan
Pada umumnya makanan yang saya makan dalam sehari seperti nasi, sayur, ikan laut, sereal dan roti. Saya memakan sangat sedikit makanan yang tumbuh di daerah saya dan sangat sedikit memakan makanan yang organik.
c.       Tempat tinggal
Tempat tinggal saya ada 18 kamar, dimana dalam satu kamar ditempati 1-2 orang. Dan yang lainnya terdapat ruang tamu dan kamar mandi di setiap kamarnya.
d.      Transportasi
Dari kegiatan sehari-hari misalnya untuk pergi ke kampus karena jaraknya yang dekat saya biasanya berjalan kaki selama 15 menit menuju ke kampus. Ketika sedang bepergian/dalam perjalanan yang jauh misalnya ke luar kota biasanya saya menggunakan satu mobil.
e.       Penggunaan energi
Dalam penggunaan energy listrik di rumah saya, saya mematikan lampu ketika tidak digunakan. Selain itu saya tidak menggunakan kulkas.akan tetapi hampir tiap harinya saya menggunakan komputer lebih dari 8 jam.
f.       Pakaian
Dalam sehari saya mengganti pakaian 2 kali yaitu pada pagi dan sore hari, dan pakaian tersebut di cuci setiap hari dan di keringkan dihalaman samping rumah. Dari segi pakaian memang saya agak boros karena hampir 50% pakaian yang saya punya tidak terpakai di lemari dan saya mempunyai 6 pasang sandal/sepatu.
g.      Barang
Dalam pembuangan, saya membuang sampah sangat banyak yang bisa diukur seperti rata-rata ukuran ember dan hampir tidak pernah saya menggunakannya kembali atau tidak pernah saya daur ulang. Selain itu saya juga menggunakan baterai yang dapat dicas berulang kali.

B.     HASIL PERHITUNGAN ECOLOGICAL FOOTPRINT PRIBADI
Jejak ekologi adalah satu sistem yang mengukur seberapa banyak tanah dan air yang diperlukan populasi manusia untuk menghasilkan sumber yang mereka habiskan dan menyerap limbah yang dihasilkannya. (Wackernagel & Rees, 1996)
Lembar kerja berikut adalah perhitungan kasar yg menunjukkan seberapa besar jejak ekologi saya dan bagaiman pilihan yg saya buat menjadikan jejak ekologis saya menyusut atau meluas.


Jadi, Grand Total dari Subtotal masing-masing jejak ekologi pribadi.
Penggunaan air            : 240
Makanan                     : 240
Tempat tinggal            : 260
Transportasi                 : 0
Penggunaan Energi     : 420
Pakaian                        : 150
Barang                         : 390
Grand Total               : 1700
Jadi total keseluruhan tersebut adalah jejak ekologis pribadiku, dimana :
Total keseluruhan dibagi 100 = jejak ekologis dalam satuan hektar
Jejak ekologis pribadiku adalah 17  Hektar
Kemudian dibagi dengan 2,47105381 Acres
Maka di dapatlah 6,88 Acres yang kemudian dikurangi dengan 1,72 (dimana di dunia ini hanya menampung 1,72 bilogical productive per acres per person.). Hasilnya adalah 5,16 planet.
Jika setiap orang dunia ini melakukan hal yang sama dalam kehidupannya seperti yang saya lakukan, maka dibutuhkan 5,16 planet bumi untuk mencukupi kebutuhan konsumsi secara keseluruhan (global consumption).
 

BAB VI
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Ecological Footprint dapat digunakan sebagai ukuran prestasi kita dalam mendukung keberlanjutan bumi ini, dan menjadi indikator terbaik dan efisien dalam mendukung keberlanjutan kehidupan. Alat ukur ini menjadi penting dalam konteks untuk mengetahui apakah kegiatan konsumsi yang kita lakukan masih dalam batas daya dukung lingkungan ataukah sudah melewati, dengan kata lain masih dalam surplus ataukah sudah dalam defisit (penurunan kualitas) ekologi. Jadi Jejak ekologis pribadiku sebesar 17 hektar. Karena di dunia ini hanya menampung 1,72 bilogical productive per acres per person, maka jika setiap orang didunia ini melakukan hal yang sama dengan kehidupan yang saya lakukan maka dibutuhkan 5, 16 planet bumi untuk mencukupi kebutuhan konsumsi secara keseluruhan.

B.     SARAN
Akan lebih baik jika mengurangi Ecological Footprint seperti menghemat penggunaan air, mengurangi penggunaan energi yang berlebihan, mendaur ulang kembali atau mendaur ulang kembali barang-barang yang masih bisa digunakan.

DAFTAR PUSTAKA


TUGAS TEORI PERENCANAAN

PENGARUH INDUSTRI DAN DAMPAKNYA TERHADAP WILAYAH DAN KOTA







DISUSUN OLEH :
INAYAH PUTRI ANSAR
60800114034
B1



TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2014/2015

PENGARUH INDUSTRI DAN DAMPAKNYA TERHADAP WILAYAH DAN KOTA
A.   LATAR BELAKANG.
Kawasan industri adalah zona/wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai kegiatan industri. Di dalam zona perindustrian tersebut,terdapat industri yang sifatnya individual (yang berdiri sendiri) dan industri-industri yang mengelompok dalam kawasan industri (industrial estate).
Masalah utama yang dihadapi Indonesia saat ini adalah banyaknya jumlah pengangguran terbuka dalam periode beberapa tahun terakhir ini terus meningkat. Selain itu masalah yang dihadapi Indonesia adalah pendapatan perkapita yang masih rendah dibandingkan dengan negara berkembang lainnya seperti Thailand dan Malaysia.
Salah satu alternatif yang mengurangi jumlah pengangguran dan meningkatkan pendapatan adalah dengan mengembangkan sektor yang potensial. Salah satu sektor yang potensial tersebut adalah sektor industri.
Pembangunan industri telah memberikan pengaruh secara langsung dan tidak langsung, pengaruh langsungnya adalah berkurangnya lahan pertanian, sedangkan pengaruh tidak langsungnya adalah bergesernya mata pencaharian penduduk setempat ke bidang industri dan jasa/perdagangan. Pengaruh langsung dan tidak langsung tersebut juga ada yang positif dan negatif.
Setiap perkembangan yang terjadi mempunyai mepunyai dampak/pengaruh terhadap lingkungan di sekitarnya,maka dalam hal ini perkembangan kawasan mempunyai damapk perkembangan kota di sekitarnya.
B.   PEMBAHASAN.
Dalam pengembangan kawasan industry bukanlah suatu hal yang mengherankan melihat dampak positif/keuntungan yang dapat diperoleh dari pengembangan kawasan industry bagi perkembangan lingkungan di sekitarnya.
A.   Dampak Positif
1.    Penciptaan Peluang Usaha dan Pekerjaan
Kehadiran industri membawa pengaruh terhadap mata pencaharian penduduk, dimana sebelum adanya industri sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani dan sebagian lagi terbagi dalam beberapa mata pencaharian tertentu saja seperti buruh industri batu bara dan sebagainya. Dengan dibangun dan berkembangnya industri masyarakat mempunyai peluang usaha yang lebih luas.
Sector pekerjaan lain yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah usaha berdagang, misalnya masyarakat asli desa membangun warung-warung kecil di rumah yang menyediakan kebutuhan sehari-hari, selain lebih ekonomis juga mudah untuk di jangkau.
2.   Memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
pengembangan kawasan industry adalah peningkatan pendapatan daerah melalui pajak daerah. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi suatu daerahmaka juga akan meningkatkan pajak daerahnya. Dengan bertambahnya pajak daerah, maka pemerintah dapat lebih mengembangkan pembangunan di sekitar kawasan.
3.   Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Bertambahnya jumlah sarana dan prasarana setelah berkembangnya industri telah memberikan kemudahan-kemudahan kepada masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Aktivitas masyarakat sebelum berkembang industri lebih banyak dilakukan untuk pergi ke sawah, atau ke pasar untuk membeli kebutuhan sehari-hari atau menjual hasil pertaniannya, namun saat ini masyarakat dapat dengan mudah melakukan berbagai kegiatan dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai baik yang disediakan oleh perusahaan maupun pemerintah daerah.
Walaupun ketersediaan sarana dan prasarana tersebut belum semua dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat khususnya yang memerlukan pengeluaran biaya besar seperti pemasangan telefon, tetapi setidaknya sarana dan prasarana yang tersedia lebih mudah dijangkau dan biaya yang relatif ekonomis, misalnya sekolah-sekolah dasar, pusat pelayanan kesehatan seperti posyandu, tempat ibadah, dan sarana olahraga. Sementara untuk sarana jalan umum tidak hanya dapat dimanfaatkan langsun oleh pihak perusahaan, dan masyarakat lapisan menengah keatas yang memiliki kenderaan, tetapi juga masyarakat lapisan menengah kebawah juga dapat memanfaatkannya dengan tersedianya angkutan umum yang masuk dalam wilayah desa, sehingga masyarakat desa tidak perlu lagikeluar wilayah dengan berjalan kaki atau menggunakan kenderaan yang tidak memadai untuk menujukota kecamatan atau kota kabupaten.

B.    Dampak Negative
1.   Pencemaran Lingkungan
Dampak negatif terhadap pencemaran lingkungan seperti polusi air, polusi udara, polusi tanah, dan lain-lain yang membahayakan kelangsungan hidup semua makhluk. Berbagai upaya telah dilakukan baik oleh pihak perusahaan sendiri maupun Pemerintah Daerah untuk memperkecil resiko pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh aktifitas industri.
2.   Pencemaran Air Bersih
Upaya yang telah dilakukan dalam mengurangi atau memperkecil terjadinya resiko pencemaran linkungan memang tidak sepenuhnya menjamin untuk tidak adanya masalah pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan terjadi mengenai air sumur penduduk yang terkontaminasi dengan limbah yang berasal dari perusahaan. Kapasitas limbah yang cukup banyak sementara kualitas dan kapasitas penampung limbah kurang memadai akibatnya limbahmenyerap dalam tanah sampai ke air sumur masyarakat.
3.   Polusi Kebisingan Suara
Selain pencemaran terhadap air sumur penduduk, pencemaran juga terjadi akibat kebisingan suara yang dihasilkan oleh aktifitas produksi yang melebihi batas. Salah satu cara menguranginya adalah dengan melakukan perbaikan kualitas bangunan agar dapat menurunkan intensitas bising dan menambah pepohonan di sekitar pabrik.
4.   Polusi Udara
Pencemaran lingkungan yang juga terjadi adalah polusi udara, dimanapolusi tersebut berasal dari kegiatan mesin-mesin produksi pabrik yang pembuangan limbah asapnya melalui cerobong perusahaan, terutama perusahaan yang dalam produksi lebih banyak melakukan kgiatan pembakaran. Selainpolusi udara dihasilkan dari kegiatan industri, polusi udara juga terjadi akibat banyaknya truk-truk perusahaan yang berkapasitas besar keluar masuk pabrik untuk mengangkut hasil produksi perusahaan, hal ini yang kemudian jalan mudah rusak dan menimbulkan debu-debu tebal di jalan.
5.   Potensi Konflik
Perkembangan jumlah industri yang cukup pesat secara langsung memberikan peluang kesempatan kerja yang lebih luas, hal ini yang kemudian menarik pendatang untuk berusaha mendapatkan pekerjaan di sektor industri. Seiring perkembangan industri jumlah pndatang yang berada di wilayah-wilayah ndustri terus bertambah.
Masalah sosial mulai muncul ketiks penduduk asli kesulitan memperoleh pekerjaan di sektor industri sehingga terjadi tuntutan-tuntutan warga asli agar bisa mendapatkan pekerjaan.
C.   KESIMPULAN
Dampak Industri terhadap Wilayah dan kota ada 2 yaitu Dampak positif dan dampak negative, dampak Positif meliputi Penciptaan Peluang Usaha dan Pekerjaan, Memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, Ketersediaan Sarana dan Prasarana. Sedangkan dampak negatifnya yaitu Pencemaran lingkungan, pencemaran air bersih, polusi kebisingan suara, polusi udara, dan potensi konflik.
D.   DAFTAR PUSTAKA
(www.depperin.go.id) (www.majalah trust.com) (www.pikiran takyat.com)

Dengan adanya industry, secara otomatis ada suatu pembukaan jalan, harga jalan meningkat, jika industry stabil maka penindustrian stabil.